Rabu, 25 Januari 2017



Wah tidak terasa magang 2 minggu di klinik dr. chaeruddin ringroad akhirnya selesai, agak sedih juga sih ninggalin klinik ini, banyak banget hal-hal baru yang belom aku dapetin di kampus tapi aku pelajari disini. Disini aku bisa belajar langsung bagaimana manangani hewan, apa yang harus dilakukan saat pertama datang pasien, dan cara berkomunikasi dengan client. Aku juga suka dokter nya, dia dokter yang terampil, sigap, dan cerdas. Aku mengaguminya. Memang sih klinik ini agak tegas dan keras dalam mendidik dan memberikan pengarahan baik pada staff klinik tsb maupun pada client. Jadi, aku magang disini agak tertekan juga sih, haha salah-salah takut dimarahi, melamun dikit ntar kena marah juga. Walaupun begitu aku sangat senang sih, tekanan-tekanan yang seperti itu memang diperlukan untuk kemajuan.

Ada sedikit rasa kangen suasana magang nya hehe, kalau diingat-ingat sih,.... nano-nano yaaa, ada seneng, stress, marah, sampai mau meledak juga ada, terutama dalam menghadapi tingkah temen sendiri hehe. ooppss temen yang mana nih? haha ada deh salah satu temen magang ku itu yang nyebelin banget, suka buat kesel, dan kekanak-kanakan bangeeettt, gak usah aku sebutin deh, cukup jadi kenangan didalam memori ku. hmm apalagi ya yang mau aku ceritain.... hmm pokoknya seru deh ,, kalo aku bilang ini 2 minggu yang berkesan hihihi lebay deh aku jadinya.

i miss you semua yang difoto tapi gak jumpa di kampus haha
dan juga i miss you dr. chaeruddin dan dr. juwita ....
moga bisa ketemu lagi dan belajar dengan mu dokter 






Rabu, 21 September 2016

Harus ku tunggu

Aku mulai sadar cinta tak mungkin ku kejar
akan ku tunggu, harus ku tunngu
sampai saat nya giliran ku



Rabu, 07 September 2016

Malam ini



Malam ini ku goreskan tinta untuk mengukir sebuah kisah yang terpendam, kisah yang terbuang, kisah yang belum sempat aku rangkai namun kenangannya tak pernah sirna di pelupuk mata. Manis nya yang masih terasa di ujung lidah akan tetapi pahit nya membongkar luka seolah aku tak ingin kisah itu pernah ada.

Malam ini aku berencana tak ingin tidur . Ingin membunuh waktu dengan lamunan, secarik catatan kecil tentang kegalauan telah aku tulis di sosial media ku. Ingin mencari kehangatan dalam setiap kata yang aku tulis. Membuat kasur dan bantal kehilangan pekerjaannya sebentar.

Malam ini aku ingin mengecup sepi memeluk dingin menjadi satu lebur dalam bekas luka yang telah sembuh. Lewat puing-puing cinta yang belum sempat tersematkan nama pikiran liar ku mengancam. Biarlah malam ini curhat ku didengar bulan, di sanjung bintang, di terbangkan angin sehingga kegetiran malam ini berlalu .

Pria pendusta




Aku terpaku bisu menggantung luka di langit kamar
Nanar gelora hati membasuh syahwat kian basah
Dia hanya pria pendusta

Selasa, 02 Agustus 2016

PERIUK NASRUDDIN HOJA

Suatu hari, Nasruddin Hoja meminjam periuk kepada tetangganya. Lalu, seminggu kemudian, dia mengembalikannya. Anehnya, Nasruddin mengembalikan periuk itu dengan menyertakan juga periuk kecil. Tentu saja, tetangganya itu terheran-heran.

“Mengapa periukku jadi dua?” tanya tetangga itu.
“Periukmu sedang hamil waktu kupinjam. Dua hari kemudian ia melahirkan bayinya dengan selamat. Nah, inilah bayi periuk itu!”
Maka, tetangganya pun menyambut gembira. Dia sangat senang periuknya melahirkan periuk. Kemudian, Nasrudin pun pulang.

Tetapi, beberapa hari kemudian, Nasruddin meminjam kembali periuk itu. Dan, setelah beberapa hari dipakai, Nasruddin tak segera mengembalikannya. Maka, tentu saja tetangga itu merasa gusar. Dia mendatangi rumah Nasruddin sambil menangis.

Nasruddin pun menyambut tamunya dengan tenang, “Sungguh sebuah malapetaka telah terjadi. Takdir telah menentukan bahwa periukmu meninggal dunia di rumahku. Dan sekarang sudah kumakamkan di belakang rumah.”

Sang tetangga menjadi marah, “Ayo!!! Kembalikan periukku!!! Jangan belagak bodoh! Mana ada periuk bisa meninggal dunia!”
“Bukankah kemarin engkau percaya periuk bisa beranak?! Bukankah periuk yang bisa beranak, tentu bisa pula meninggal dunia bukan?!” kata Nasrudin, sambil menghentikan tangis tetangganya.

 

Dari sebuah wacana Al-Hikmah

Jumat, 15 Juli 2016

Bunga di kontak Hp


Deringan Hp berbunyi , ayah menjerit memanggil ku untuk mengambilkan Hp nya . Ku ambil, ku lihat nama “Bunga” di layar Hp. Belum sempat mengangkat panggilan langsung mati. Aku tidak mau tahu dan tak ingin bertanya “siapa Bunga itu?”. Lalu ku berikan Hp tsb pada ayah ku.
Keesokan harinya ayah menyuruh ku melihat log panggilan tidak terjawab di Hp nya, lagi-lagi aku masih melihat nama Bunga disana. Tidak ku gubris , Bunga adalah nama seorang wanita yang memiliki keperluan penting pada ayah ku, barangkali pikir ku. Jam 2 dini hari ,aku tersentak lantaran mendengar nada panggilan masuk di Hp ayah ku . Aku malas bangun untuk mengangkat nya.
Pagi harinya diam-diam aku periksa Hp ayah ku, aku cukup penasaran siapakah gerangan yang menelpon ayah dini hari tadi. Aku masih sempat berpikir, jangan-jangan “Bunga” itu lagi. Dugaan ku tepat, memang Bunga lah yang menelpon. Aku mulai curiga pada ayah ku, dan tiba-tiba hati ku terasa panas.
            “Siapakah Bunga yang ada di kontak Hp ayah?” pikir ku dalam hati.
Barangkali jika hanya ada keperluan penting, tidak mungkin juga menelpon sesering itu, apalagi menelpon dini hari disaat semua orang sedang pulas beristirahat. Keesokan lusanya di pagi hari, kami beraktivitas seperti biasa. Aku sibuk memasak sarapan, adik ku bersiap-siap berangkat sekolah, dan ayah ku bersiap-siap berangkat kerja. Deringan Hp ayah ku berbunyi, ada nada panggilan masuk , tapi ayah mengacuhkannya. Kali ini ayah berbeda, ia menampakkan ekspresi kesal. Dia tidak mengangkat panggilan masuk tersebut meski sudah berkali-kali. Sambil marah-marah , ia berkata di depan ku “ganggu aja sih Bunga ini”. Aku tidak bertanya balik pada ayah , meski aku sangat penasaran “siapa Bunga itu”, aku hanya diam memperhatikan ekspresi marah ayah. Hati ku senang melihat ayah kesal pada panggilan Bunga tersebut.
“Rasain loe Bunga haha” bersit ku dalam hati.
Tiba-tiba dari luar datang seorang wanita,  tanpa mengucap salam dia langsung masuk. Aku tidak kaget, aku senyum langsung ku sapa wanita itu. Kemudian, aku balik lagi ke dapur untuk melanjutkan memasak ku. Lalu ayah ku langsung berbisik sambil tertawa “untung saja tadi tidak ayah angkat panggilan Bunga itu” katanya . Aku pun heran dan bertanya “emangnya kenapa yah” kata ku. Sambil senyum ayah bilang “ayah kan bisa kepergok itu orangnya baru datang “. Sontak aku kaget dan tidak bisa menahan tawa.
Ternyata Bunga di kontak Hp itu adalah……. . Aku habis pikir , Bunga bukanlah nama sebenarnya. Bunga adalah wanita yang biasa datang kerumah tanpa mengucap salam, wanita yang biasa ngobrol dengan nenek ku. Wanita yang aku tahu tidak mungkin ayah ku naksir padanya.
Lalu apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ayah di telpon wanita itu, lalu kenapa ayah takut kepergok? Aku Cuma tertawa terpingkal-pingkal. Haha 

Aisyah Nazrouenn
BB Sumut

Kamis, 14 Juli 2016

Biarkan kini Salim menduda



Aku duduk di dapur, terdengar dari ruang tengah suara dua orang laki-laki terbahak-bahak.
“Apa nama kontak yang cocok kita buat untuk salim” kata pak A.
“Salim sabar aja bang” kata Pak B.
“Gak usah, Salim duda merana aja” kata Pak A. Lalu terdengar tawa keras mereka memecah lamunan ku.
“Sama-sama duda pun suka ngeledek” kata ku dalam hati.
Kasian Salim yang ditinggal kawin istrinya. Sebenarnya ini tidak menjadi perhatian ku jika aku tidak kenal siapa Salim. Lebih dari itu, Salim adalah sopir ojek langganan ku selama 3 tahun sewaktu SMP. Kalau bisa di bilang Salim adalah teman lama ku, Karena dulu kami cukup akrab walau jauh berbeda umur. Tiga tahun berlangganan ojek membuat ku sedikit tahu watak Salim, tetapi itu tidak menjadi bahan analisis ku kenapa Salim ditinggal kawin istrinya, ah bodoh amat. Disebabkan pernah cek-cok antara tukang ojek dan langganan ,setelah tiga tahun kontrak habis, hubungan kami merenggang bahkan tidak bertegur sapa sampai sekarang. Sebenarnya sekarang aku sudah mau menyapa, cuma aku jarang berjumpa dengannya dan aku sedikit gengsi.
Awalnya aku tidak berminat akan cerita Salim yang ditinggal kawin istrinya, bahkan aku juga acuh tak acuh mengenai gosip dirinya di kampung ini. Dikarenakan masih ada hubungan sedikit penting dengan keluarga kami, status duda Salim memberikan sedikit kekecewaan. Bukan untuk ku, tapi adik ku. Adik ku paling bungsu yang menginjak umur 13 tahun kini telah lulus SMP. Lagi-lagi ayah ku ingin mengontrak Salim menjadi ojek langganan untuk mengantar adik ku ke sekolah. Barangkali Salim lebih bisa dircayai dan juga lumayan akrab dengan keluarga kami. Sayangnya kali ini ia menolak, alasannya dia tidak bisa angkut penumpang di pagi hari lagi seperti masa SMP ku dulu. Dikarenakan sekarang ia punya segudang pekerjaan dapur dipagi hari, yang dulu pekerjaan ini dikerjakan oleh istrinya.
Nasib berubah kearah yang tidak disangka-sangka ,nasib yang dialami Salim cukup mengenaskan (ngenes). Kenapa aku katakana  mengenaskan, sejauh yang diketahui orang-orang di kampung, Salim merupakan suami yang setia tidak pernah selingkuh, jarang keluar malam kecuali ada keperluan,tidak pernah minum alkohol, berjudi, dan maling ayam, serta yang paling penting ia tidak pernah mogok kerja walau cuma satu hari. Lantas apa yang membuat istrinya berpaling ke laki-laki lain padahal mereka telah cukup lama berumah tangga dan membesarkan tiga orang anak , malahan yang paling sulung sekarang sudah SMA.
 “haa itu bukan bahasan penting, biarlah Salim menduda!” pikir ku dalam hati.
Aku bahkan mentertawai penolakannya untuk menjadi langganan adik ku. Bukan penolakan nya yang membuat ku geli, melainkan alasan dibalik penolakan tersebut yang menggambarkan kehidupan baru nya yang cukup merana pikir ku.
Lalu mengapa aku tertawa geli akan perasaan merana yang di alami Salim . Bukan nya itu cukup jahat mentertawai penderitaan orang. Bahkan aku merasa kondisi mengenaskan yang dialami Salim sama dengan yang aku alami sekarang, hmm atau bahkan lebih parah yang aku alami makanya aku berani mentertawainya. Bagi ku hidup kadang perlu ditertawai, bersedih boleh secukupnya. Barangkali menyesali nasib akan memperparah penderitaan, bukan karena tidak mencintai kehidupan yang diberikan Tuhan. Akan tetapi, menyerah kepada nasib yang telah menimpa merupakan jalan tawakkal pada-Nya. Tawakkal akan ketetapan yang telah Ia beri. 

Aisyah Nazrouenn
BB Sumut