Jumat, 15 Juli 2016

Bunga di kontak Hp


Deringan Hp berbunyi , ayah menjerit memanggil ku untuk mengambilkan Hp nya . Ku ambil, ku lihat nama “Bunga” di layar Hp. Belum sempat mengangkat panggilan langsung mati. Aku tidak mau tahu dan tak ingin bertanya “siapa Bunga itu?”. Lalu ku berikan Hp tsb pada ayah ku.
Keesokan harinya ayah menyuruh ku melihat log panggilan tidak terjawab di Hp nya, lagi-lagi aku masih melihat nama Bunga disana. Tidak ku gubris , Bunga adalah nama seorang wanita yang memiliki keperluan penting pada ayah ku, barangkali pikir ku. Jam 2 dini hari ,aku tersentak lantaran mendengar nada panggilan masuk di Hp ayah ku . Aku malas bangun untuk mengangkat nya.
Pagi harinya diam-diam aku periksa Hp ayah ku, aku cukup penasaran siapakah gerangan yang menelpon ayah dini hari tadi. Aku masih sempat berpikir, jangan-jangan “Bunga” itu lagi. Dugaan ku tepat, memang Bunga lah yang menelpon. Aku mulai curiga pada ayah ku, dan tiba-tiba hati ku terasa panas.
            “Siapakah Bunga yang ada di kontak Hp ayah?” pikir ku dalam hati.
Barangkali jika hanya ada keperluan penting, tidak mungkin juga menelpon sesering itu, apalagi menelpon dini hari disaat semua orang sedang pulas beristirahat. Keesokan lusanya di pagi hari, kami beraktivitas seperti biasa. Aku sibuk memasak sarapan, adik ku bersiap-siap berangkat sekolah, dan ayah ku bersiap-siap berangkat kerja. Deringan Hp ayah ku berbunyi, ada nada panggilan masuk , tapi ayah mengacuhkannya. Kali ini ayah berbeda, ia menampakkan ekspresi kesal. Dia tidak mengangkat panggilan masuk tersebut meski sudah berkali-kali. Sambil marah-marah , ia berkata di depan ku “ganggu aja sih Bunga ini”. Aku tidak bertanya balik pada ayah , meski aku sangat penasaran “siapa Bunga itu”, aku hanya diam memperhatikan ekspresi marah ayah. Hati ku senang melihat ayah kesal pada panggilan Bunga tersebut.
“Rasain loe Bunga haha” bersit ku dalam hati.
Tiba-tiba dari luar datang seorang wanita,  tanpa mengucap salam dia langsung masuk. Aku tidak kaget, aku senyum langsung ku sapa wanita itu. Kemudian, aku balik lagi ke dapur untuk melanjutkan memasak ku. Lalu ayah ku langsung berbisik sambil tertawa “untung saja tadi tidak ayah angkat panggilan Bunga itu” katanya . Aku pun heran dan bertanya “emangnya kenapa yah” kata ku. Sambil senyum ayah bilang “ayah kan bisa kepergok itu orangnya baru datang “. Sontak aku kaget dan tidak bisa menahan tawa.
Ternyata Bunga di kontak Hp itu adalah……. . Aku habis pikir , Bunga bukanlah nama sebenarnya. Bunga adalah wanita yang biasa datang kerumah tanpa mengucap salam, wanita yang biasa ngobrol dengan nenek ku. Wanita yang aku tahu tidak mungkin ayah ku naksir padanya.
Lalu apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ayah di telpon wanita itu, lalu kenapa ayah takut kepergok? Aku Cuma tertawa terpingkal-pingkal. Haha 

Aisyah Nazrouenn
BB Sumut

Kamis, 14 Juli 2016

Biarkan kini Salim menduda



Aku duduk di dapur, terdengar dari ruang tengah suara dua orang laki-laki terbahak-bahak.
“Apa nama kontak yang cocok kita buat untuk salim” kata pak A.
“Salim sabar aja bang” kata Pak B.
“Gak usah, Salim duda merana aja” kata Pak A. Lalu terdengar tawa keras mereka memecah lamunan ku.
“Sama-sama duda pun suka ngeledek” kata ku dalam hati.
Kasian Salim yang ditinggal kawin istrinya. Sebenarnya ini tidak menjadi perhatian ku jika aku tidak kenal siapa Salim. Lebih dari itu, Salim adalah sopir ojek langganan ku selama 3 tahun sewaktu SMP. Kalau bisa di bilang Salim adalah teman lama ku, Karena dulu kami cukup akrab walau jauh berbeda umur. Tiga tahun berlangganan ojek membuat ku sedikit tahu watak Salim, tetapi itu tidak menjadi bahan analisis ku kenapa Salim ditinggal kawin istrinya, ah bodoh amat. Disebabkan pernah cek-cok antara tukang ojek dan langganan ,setelah tiga tahun kontrak habis, hubungan kami merenggang bahkan tidak bertegur sapa sampai sekarang. Sebenarnya sekarang aku sudah mau menyapa, cuma aku jarang berjumpa dengannya dan aku sedikit gengsi.
Awalnya aku tidak berminat akan cerita Salim yang ditinggal kawin istrinya, bahkan aku juga acuh tak acuh mengenai gosip dirinya di kampung ini. Dikarenakan masih ada hubungan sedikit penting dengan keluarga kami, status duda Salim memberikan sedikit kekecewaan. Bukan untuk ku, tapi adik ku. Adik ku paling bungsu yang menginjak umur 13 tahun kini telah lulus SMP. Lagi-lagi ayah ku ingin mengontrak Salim menjadi ojek langganan untuk mengantar adik ku ke sekolah. Barangkali Salim lebih bisa dircayai dan juga lumayan akrab dengan keluarga kami. Sayangnya kali ini ia menolak, alasannya dia tidak bisa angkut penumpang di pagi hari lagi seperti masa SMP ku dulu. Dikarenakan sekarang ia punya segudang pekerjaan dapur dipagi hari, yang dulu pekerjaan ini dikerjakan oleh istrinya.
Nasib berubah kearah yang tidak disangka-sangka ,nasib yang dialami Salim cukup mengenaskan (ngenes). Kenapa aku katakana  mengenaskan, sejauh yang diketahui orang-orang di kampung, Salim merupakan suami yang setia tidak pernah selingkuh, jarang keluar malam kecuali ada keperluan,tidak pernah minum alkohol, berjudi, dan maling ayam, serta yang paling penting ia tidak pernah mogok kerja walau cuma satu hari. Lantas apa yang membuat istrinya berpaling ke laki-laki lain padahal mereka telah cukup lama berumah tangga dan membesarkan tiga orang anak , malahan yang paling sulung sekarang sudah SMA.
 “haa itu bukan bahasan penting, biarlah Salim menduda!” pikir ku dalam hati.
Aku bahkan mentertawai penolakannya untuk menjadi langganan adik ku. Bukan penolakan nya yang membuat ku geli, melainkan alasan dibalik penolakan tersebut yang menggambarkan kehidupan baru nya yang cukup merana pikir ku.
Lalu mengapa aku tertawa geli akan perasaan merana yang di alami Salim . Bukan nya itu cukup jahat mentertawai penderitaan orang. Bahkan aku merasa kondisi mengenaskan yang dialami Salim sama dengan yang aku alami sekarang, hmm atau bahkan lebih parah yang aku alami makanya aku berani mentertawainya. Bagi ku hidup kadang perlu ditertawai, bersedih boleh secukupnya. Barangkali menyesali nasib akan memperparah penderitaan, bukan karena tidak mencintai kehidupan yang diberikan Tuhan. Akan tetapi, menyerah kepada nasib yang telah menimpa merupakan jalan tawakkal pada-Nya. Tawakkal akan ketetapan yang telah Ia beri. 

Aisyah Nazrouenn
BB Sumut

Dia pria bertubuh tambun itu..




Dia pria bertubuh tambun itu, berkulit sawo matang, berhidung mancung, dan bermata tajam. Dia pria bertubuh tambun itu, berotot tegap, berambut tebal, dan brewok tipis. Dia pria bertubuh tambun itu, melewati jalanan depan rumah ku setiap sore, berpakaian rapi, bertas ransel, dan bermotor besar. Dia pria bertubuh tambun itu, singgah di depan rumah ku, berbaju tanpa lengan, bercelana kotor, dan bermotor butut. Dia pria bertubuh tambun itu, melangkahkan kaki ke teras rumah ku kemudian bertanya pada ibu ku “Dimana anak gadis bu ?”, aku yang mengintip nya lewat jendela, sontak jantung ku berdegup kencang, aku terperangah, ha aku bahagia bukan kepalang, ha aku ingin mendengarnya sekali lagi, tidak!, dua kali lagi saja. Dia pria bertubuh tambun itu, aku ingin melihatnya berlama-lama duduk bercerita dengan ibu ku di teras rumah. Bahkan aku ingin tahu apa pembicaraan mereka sedetail mungkin.
Dia pria bertubuh tambun itu, pada suatu sore ibu ku mempersilahkannya masuk ke dalam rumah dan menyuguhkannya minuman. Akhirnya aku dan dia bisa saling memandang,aku duduk berjauhan di hadapannya. Dia menyapa, membawakan ku sepenggal cerita hidup nya, aku menikmatinya bahkan kata demi kata yang ia ucapkan. Aku terpesona, aku makin suka, seketika senyum nya yang manis terlihat dua kali lebih manis di mata ku. Kepulan asap rokok yang berhembus dari bibir nya sungguh memperlihatkan keperkasaan diri nya. Irama kata yang ia ucapkan menyentuh hati seirama degupan jantung yang memompa darah ku. Setelah usai bercerita dia pun pamit pulang, aku merasakan tidak enak di hati ku, aku masih ingin melihat nya lagi di depan ku, aku mau ia jangan pulang dulu, aku masih ingin menikmati sepenggal drama hidup nya dan kepulan keperkasaan diri nya.
Dia pria bertubuh tambun itu, aku telah kenal karakter nya. Beretos kerja tinggi, semangat pantang menyerah, dan berbahasa santun. Dia pria bertubuh tambun itu, dia adalah bagian dari episode-episode hidup ku, dia ada dalam seuntai khayalan ku, dia sedikit telah mempengaruhi ku, dia cerita yang tak terlupakan. Dia pria bertubuh tambun itu, dimanakah ia sekarang ? akan kah ia melangkahkan kaki nya lagi ke teras rumah ku ? akan kah aku bisa melihat celana kotor nya lagi dan motor butut nya ? akan kah aku bisa mendengarnya lagi bertanya “Dimana anak gadis bu ?”.
Akan kah ? akan kah ? akan kah ?
Aku dan jari jemari ku bahkan gemetaran menulis cerita ini , bahkan degupan jantung ku pun sama seperti ketika aku menatap nya dari kejauhan dulu.
Dia pria bertubuh tambun itu, aku ingin mengingatnya lagi .



Aisyah Nazrouenn
BB Sumut, 14 Juli 2016